Takkan Lahir Pelaut Ulung Di Laut Yang Tenang: Bagian III
Bagian Tiga:
“Berlayar Di Tengah Hempasan Angin”
Semakin tinggi satu pohon, semakin banyak angin yang menimpanya. Menjabat di saat kebebasan pers dan menyatakan pendapat menemukan bentuknya, Syahrir Wahab harus siap dihempas angin.
Dari teori keperkasaan media seperti pernah dikupas oleh Jalaluddin Rakhmat (Psikologi Massa, 2000), media (tulisan, pen), kalau kita perhatikan, pada dasarnya lebih mengarah memperteguh keyakinan yang ada. Teori uses and gratification menjelaskan, media massa memang tak dapat mempengaruhi atau merubah sikap, tetapi media massa cukup berpengaruh terhadap apa yang dipikirkan orang. Karena media massa melaporkan dunia nyata secara selektif, sudah tentu media massa mempengaruhi pembentukan citra tentang lingkungan sosial yang timpang, bias, dan tidak cermat.
Walter Lipmann (Public Opinion, 1965), jauh-jauh hari sudah mengamati hal seperti ini, menurutnya: “For the most part we do not see, and than define, we define first and than see. (Dalam banyak hal dimana kita tidak melihat, tapi kemudian (harus) mengartikan, kita mengartikan terlebih dahulu baru kemudian melihat).
Kata-kata informasi – sebagai medium (kata ganti tunggal untuk media) dalam bentuknya yang netral, merupakan bentuk representasi. Istilah representasi menunjuk kepada bagaimana seseorang, satu kelompok, gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan “sebagaimana mestinya”. Apalagi, sering seorang penutur atau informan (pemberi informasi) melakukan interpretasi berdasarkan kerangka referensinya. Pada akhirnya, seorang penutur atau pewarta tak akan mampu sepenuhnya menggambarkan seluruh realitas sosial yang terjadi. Yang ada hanyalah realitas sosial yang telah dimaknai sedemikian rupa, sehingga belum tentu identik dengan realitas yang terjadi. Realitas yang sama menciptakan makna yang berbeda bila didefinisikan.
Isu pertama yang muncul lewat warung kopi adalah isu plesetan kata Amanah – Visi yang diusungnya ketika mencalonkan diri sebagai Calon Bupati Selayar tahun 2005. Sedang melalui koran, adalah pada bulan Agustus 2006, tidak lama setelah menjabat Bupati Selayar, tentang masa lalunya ketika masih menjabat Sekretaris Daerah Jeneponto dimana Syahrir Wahab diberitakan masih mempunyai pinjaman yang belum dilunasinya. Tapi yang paling “ramai” adalah isu korupsi yang ramai diberitakan koran pada bulan Agustus 2007, ketika Syahrir Wahab dilaporkan ke KPK mengenai adanya dugaan penyelewengan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Selayar periode 2005/2006.
Seperti sudah membayangkan tantangan seperti ini, Syahrir Wahab hanya menanggapi dingin. Ketika dikonfirmasi oleh media dan dimuat pada bulan yang sama, Syahrir Wahab hanya mengatakan bahwa ini hanya “terkait dengan bagi-bagi proyek yang tidak memuaskan semua pihak”. Dan mengenai “masa lalu”nya di Jeneponto, “kenapa media tidak mengecek dan memberitakan ketika hal itu sudah selesai?”
Mengenai laporan KPK, Syahrir Wahab mempersilahkan KPK untuk melakukan pemeriksaan terhadap yang dilaporkan, sehingga masyarakat Selayar mengetahui yang sebenarnya. Dan sebagaimana sebuah informasi yang tidak berdasar, akhirnya berita itu hilang dengan sendirinya, tidak di warung kopi apalagi di media massa.
Tahun 2006, Organisasi Mahasiwa, Pemuda dan Pelajar asal Selayar di Makassar, Gempita, yang sering dibantunya, bahkan mendemonya karena dianggap terlalu memprioritaskan pembangunan kepulauan dari pada daratan.
Maret 2010, berita miring seputar orang nomor satu di Selayar ini muncul kembali, yaitu dengan dipanggilnya putra Bupati sebagai saksi di Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan mengenai pengadaan dan pemasangan tiang listrik di Kabupaten Kepulauan Selayar.
Walau dipanggil hanya sebagai saksi, tapi yang berkembang di beberapa kalangan masyarakat Selayar, adalah bahwa putra Bupati sudah tersangka bahkan sudah ditangkap. Bahkan ada yang dengan meyakinkan mengatakan bahwa akhirnya akan “sampai” ke Bupati. Ada yang berharap, ada yang prihatin dengan berita – berita seperti ini.
Belum lagi isu yang menimpa putri – putri dan menantu dari Syahrir Wahab. Isu – isu seperti ini sudah tidak terlalu menggangu, walau terkadang harus menyembunyikan kesedihan. Walau pada dasarnya sudah “siap” sebagai risiko atas jabatan sang ayah, tapitoh pada akhirnya mereka adalah juga manusia.
Semua itu justru memicu mereka untuk bekerja lebih keras, tidak saja untuk menepis yang diprasangkakan, tapi terutama untuk membuat bangga sang ayah yang sekaligus atasan. Tidak sulit, selain karena memenuhi syarat secara kepangkatan, juga karena memiliki perjalanan karir yang tidak singkat, serta pendidikan yang rata-rata S2.
Salah seorang menantu Syahrir Wahab yang bekerja sebagai Bagian Tata Usaha di RSUD dan pernah dikabarkan bahwa ia “ingin menguasai” Rumah Sakit, hanya mengatakan, bahwa apa yang dilakukannya adalah untuk meningkatkan pelayanan di Rumah Sakit kebanggaan Selayar tersebut. Dia siap untuk “bertengkar” dengan siapa saja – termasuk dengan Kepala Rumah Sakit, selama itu untuk meningkatkan pelayanan. Dalam beberapa kasus, diakuinya, ia memang sempat “memaksakan” beberapa pelayanan kepada masyarakat tidak mampu.
Hal inilah yang menjadi latar belakang, kenapa ia “menerima” menjadi Kepala Tata Usaha, walau ia seorang dokter ahli / spesialis.
Hal lain yang diperjuangkannya, adalah, adanya peningkatan insentif bagi perawat dan dokter jaga, termasuk adanya tunjangan kesejahteraan untuk semua tenaga kesehatan, bukan hanya dokter ahli, dokter gigi, dokter umum, serta dokter dan perawat yang jaga.
Hal lain yang juga menjadi obsesinya, adalah peningkatan jumlah dan kapasitas tenaga keperawatan. Untuk mewujudkan obsesinya itu, telah didirikan SMK Kesehatan bekerjasama dengan Yayasan Pendidikan Indonesia (YAPI) Makassar yang bertujuan untuk mempersiapkan sumberdaya manusia kesehatan sejak dini.
Isu lain yang menimpa adalah isu dan berita media pada Februari 2010 seputar dugaan manipulasi survey yang dijadikan dasar oleh Partai Golkar dalam menentukan calon usungan mereka di Pilkada Selayar 2010. Dan yang paling menghebohkan, Syahrir Wahab dituduh merogoh kocek dan mengeluarkan Rp 3 milyar kepada pengurus DPP Golkar dalam memuluskan langkahnya mengendarai Partai berlambang beringin itu bersama pasangannya H. Saiful Arif, SH.
Walau sempat dibantah dengan singkat bahwa hal itu tidak benar, Syahrir Wahab juga mempersilahkan media bertanya langsung ke DPP Partai Golkar di Jakarta. Ketika dikonfirmasi oleh salah satu media, salah seorang pengurus teras partai ini justru mengatakan yang sebaliknya, bahwa yang akan membantu justru DPP, sebab target Golkar adalah menang di semua Pilkada.
Yang terjadi, selain Golkar dengan 5 kursi di DPRD, Syahrir Wahab bersama pasangannya, diusung oleh Partai Amanat Nasional (5 kursi), PKB (2 kursi), PPP (1 kursi), Gerindra (1 kursi), Barnas (1 kursi), PKS dan 11 Partai non Parlemen.
Di bulan yang sama, menjelang Musda Golkar Maret 2010, muncul berita di media mengenai penolakan Golkar terhadap rencana Syahrir Wahab untuk maju sebagai kandidat Ketua DPD II Golkar Selayar. Tapi seperti yang sudah diprediksikan oleh banyak kalangan, Minggu 28 Maret 2010, Syahrir Wahab terpilih sebagai Ketua, dan Hasanuddin Khaer yang menjadi salah seorang pesaingnya namun kemudian mundur dari pencalonan, kini menjabat Sekretaris.
Derasnya kritikan bahkan serangan terhadap diri, keluarga dan kebijakannya tidak melunturkan niatnya untuk berbuat yang terbaik. Bahkan dalam banyak hal, semua itu justru membuatnya bersyukur. Sebab ketika semua itu menimpa, hal itu membuktikan bahwa ia telah melakukan sesuatu. Sedang semua komentar miring, juga telah membuktikan bahwa ia telah melakukan yang baik. Bukankah kemampuan menilai bahwa sesuatu itu buruk karena telah melihat yang baik?
Orang-orang yang mengkritiknya secara negatif bahkan cenderung memfitnah, diyakini oleh Syahrir Wahab bahwa mereka itu hanya ingin membuatnya gagal. Sehingga segala kecurigaan bahkan hujatan dianggapnya sebagai pemicu untuk berbuat yang lebih baik.
“Orang sukses adalah orang – orang yang dapat membangun fondasi dari batu – batu yang dilemparkan oleh orang lain kepadanya” (David Brinkley, jurnalis senior dan komentator televisi AS).
Maka betapapun derasnya angin menghempas, layar tetap dikembangkan, …… dan perahu semakin melaju.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Memberi komentar adalah pelajaran pertama, untuk jadi orang besar. silahkan beri komentar di sini