WELCOME TO MY SIMPLE WORLD

WELCOME TO MY BLOG...!
There are you can find some one for your days

30 HARI DI SORGA


30 hari di Sorga


Pak Kadek, begitulah biasa dia dipanggil. Murah senyum dan sangat low profile sekali. Pembawaannya yang cool dan santai dan suka bercanda menghilangkan kesan ’seram’ dari dirinya. Dia adalah salah satu penekun spiritual (dan pemangku) yang cukup disegani di jagad Nusa, menurut pandangan saya pribadi. Berikut ini sepenggal cerita dari beliau pada saat saya ngobrol2 ringan dengannya beberapa waktu lalu. Ceritanya berkisah ttg perjalanannya ke sorga (dan neraka) yang dilakukannya dalam rangka menuntaskan ’skripsi’nya di bidang spiritual.
Susah rasanya mencerna cerita ini dari segi nalar dan logika, tapi saya menyadari bahwa sesuatu yang tidak bisa saya cerna, bukan berarti tidak benar/exist. Tergantung pemahaman dan kemauan untuk membuka diri dan pikiran. Tentu pertanyaannya adalah bagaimana caranya ke sorga?. Yang jelas tidak ‘matah2′ langsung ke sorga. Pak Kadek menjelaskan dengan details cuman secara global yang bisa saya tangkap adalah dengan tingkat yoga khusus, menjalani berbagai puasa yg cukup kompleks sebelumnya dan dengan posisi semedi ‘Shawasana’ yaitu posisi terlentang seperti ’shawa’ (mayat).
“Ngujang ci mai?”Itulah kalimat pertama yang dilontarkan oleh Sang Jogor Manik kepadanya begitu menginjakkan kaki dimalam pertama, sebut saja di pintu gerbang sorga. Setelah negosiasi yang alot, akhirnya dia diijinkan juga masuk, setelah mendapat rujukan dari Sang Suratma, diketahuilah bahwa karma Pak Kadek ini sangat bagus sehingga ‘visa’ pun didapatnya selama 30 hari di sorga. Di dunia sana, semuanya (atma) terlihat muda sekitar 30 tahunan, tidak ada yang tua, juga tidak ada anak2, jenis kelaminpun katanya tidak jelas. Yang membuat dia tertegun adalah ketika menyaksikan sendiri bagaiman proses hukuman berlangsung di ‘titi ugal-agil’. Yang banyak dosanya langsung tercebur kedalam kawah yang super panas. Selanjutnya mereka akan dihukum di neraka sesuai dengan jenis dan tingkat dosanya selama di dunia. Nerakanya banyak punya lorong2 yang merupakan tingkatan yang berbeda. Atma2 itu tidak ada yang menggerakkan, semuanya otomatis. Jika misalnya di dunia suka ‘jajan’ maka atma otomatis bergerak ke ulat yang super serem dan gede2. Pak Kadek sendiri tidak ikut melalui titi ugal agil itu karena punya ‘visa’ khusus.
Menariknya, atma2 yang lagi menjalani hukuman mempunyai rasa malu yang teramat sangat dengan rekan2 atma yang laen yang lolos dari titi ugal-agil. Pak Kadek pun melanjutkan perjalanan. Di sorga nih, katanya, semuanya serba indah dan rasa damai yang luar biasa. Semuanya beraturan sedemikian rupa. Tidak perlu jalan karena setengah melayang. Nampak banyak atma2 yang bahagia dan menunggu untuk numadi kembali. Saking enaknya sorga, sempat terbersit di benak Pak Kadek untuk tidak kembali ke dunia. Tapi karena dia memang belum saatnya disana, maka tidak bisa. Ada moment yang istimewa saat dia mau balik ke dunia. Disana dia bertemu Sang Delem (seperti dalam cerita pewayangan). Sang Delem ini ngotot ngajak bertarung. Pak Kadek menerima tantangan tersebut dengan syarat jika menang maka Sang Delem harus menyerahkan sebelah kupingnya. Akhirnya dia menang dan mendapatkan kuping Sang Delem itu. Lengkaplah oleh2 yang dibawanya mulai dari manik2, batu2an dan sekarang ditambah kuping Sang Delem.
Di rumahnya di dunia, keluarga dan orang2 sebanjar bingung karena Pak Kadek selama berpuluh2 hari dia sudah seperti orang meninggal dunia, tapi badannya tidak membusuk. Ditambah lagi dia tidak pamitan kepada siapa2 sebelum berangkat ke ’sana’. Maka wargapun berniat untuk segera menguburkannya. Tapi pihak keluarga tetap ngotot untuk menunggu sampai genap 30 hari, jika lewat maka baru boleh dikubur. Benar saja, tepat malam ke 30 Pak Kadek bangun dari tidur panjangnya lengkap dengan ‘oleh2′ yang dibawanya dari sana. Sekarang barang2 tersebut dipakai untuk membantu umat yang memerlukannya.

*Pak Kadek (Jro Mangku Kadek) adalah penekun spiritual, balian, dan juga pemangku Dalem/Desa di Br. Adat Ponjok, Nusa Penida.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Memberi komentar adalah pelajaran pertama, untuk jadi orang besar. silahkan beri komentar di sini

MERDEKA ATAU MATI

MERDEKA ATAU MATI

BUKAN KESEMPURNAAN

BUKAN KARENA KESEMPURNAAN YANG MEMBUAT KITA BERUSAHA MENJADI LEBIH BAIK. TAPI KEBAIKAN MENUNTUN KITA. JIKA PADA AKHIRNYA JALAN TERANG TAK JUA ATAU GELAP MENYERTAI, KITA HANYA BISA BERUCAP SEMOGA ALLAH MENGAMPUNI DOSA KITA.

MAAFKAN APA YANG BISA DIMAAFKAN SEBAB TAK ADA MANUSIA YANG TAK BERDOSA. BERMIMPI DALAM GELAPNYA MALAM TAK HARUS DISERTAI KELAM TAPI TERANG MENYAPA DALAM MIMPI INDAH. DALAM SETIAP COBAAN KITA BERANI MENGUCAP SALAM.

MANUSIA YANG HIDUP DALAM KESELAMATAN ADALAH IA YANG MELIHAT TERANG DALAM TITIK NADIR PENDERITAAN